M A T A H A T I

Wednesday, November 15, 2006


TANAM BAKAU: Sejumlah tukang loenpia menanam bibit bakau sebanyak 3.500 batang di pantai Pulau Tirang untuk menghindari terjadinya abrasi.

Tanam Bakau Selamatkan Pulau Tirang

BERAWAL dari hasil posting di weblog http://loenpia.net, informasi aksi penanaman tanaman bakau atau mangrove di Pulau Tirang, 15 menit ke arah utara Sungai Tapak Tugurejo Selasa (14/11), langsung menyebar di kalangan peminat dunia maya. Respon komunitas blogger itu cukup tinggi terhadap kegiatan peduli lingkungan yang diprakarsai oleh Badan Pengawasan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Semarang. Tak kurang 20 tukang loenpia, sebutan bagi komunitas tersebut, mengambil bagian untuk bergabung dengan masyarakat Tapak Tugurejo menanam 3.500 bibit bakau. Bahkan dua mahasiswi asal Belanda, Jessica dan Ellen, yang sedang melakukan penelitian di RSUP Dr Kariadi pun tertarik untuk turut serta.
Program penyelamatan Pulau Tirang dari ancaman gerusan ombak laut atau abrasi itu dinilai cukup mendesak, mengingat luas pulau tersebut semakin menyusut tiap tahunnya. Padahal, keberadaan pulau yang memanjang dari barat ke timur itu berguna untuk melindungi tambak-tambak warga dari hantaman ombak. Selain itu juga melindungi ekosistem air payau yang ada.
Menurut Nurweni, Kabid Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Bapedalda Kota Semarang, pengembangan program ini dilakukan secara berkesinambungan. Rencananya kegiatan itu akan dilakukan rutin, terutama di daerah pantai yang terancam abrasi. Awal Desember mendatang, pantai di daerah Mangkang akan menjadi sasaran program berikutnya.
''Untuk mewujudkan program ini kami memberdayakan masyarakat setempat dengan menggandeng kerjasama anggota Karang Taruna di Tapak,'' katanya.
Program pemberdayaan dijalankan mulai dari memanen bibit, menanam bibit di log atau kantong plastik kecil hingga menanam bibit di pantai. Setelah bibit ditanam, bambu ditempatkan menutupi bibit untuk melindunginya.
Abdur Rofik, Koordinator penanaman bakau, mengatakan ancaman abrasi kian nyata. Ia, yang juga warga Tapak, mengenang semasa bersekolah di bangku SMP seringkali bermain di Pulau Tirang. Bila dibandingkan saat itu, luas pulau bertanah pasir tersebut kini tinggal sepertiganya. Kegiatan-kegiatan penanaman bakau ini telah dikenalnya sejak kecil. Lantaran orang-orang tua mereka juga telah melakukan hal serupa. Selama ini pihaknya juga seringkali diajak kerjasama oleh LSM ataupecinta alam untuk penyediaan bibit bakau.
''Penanaman bakau juga dimanfaatkan sebagai sarana pemijahan ikan serta pengendalian zat-zat adiktif dari pabrik-pabrik yang mencemari Sungai Tapak,'' katanya.
Bagi Loenpianers aksi peduli lingkungan itu jadi sarana ekowisata. Mereka menyusuri Sungai Tapak dengan perahu bermotor, dengan bantaran yang dipenuhi hutan bakau. Nuansa alami begitu menyelimuti perjalanan, seperti kicau burung dan ikan kecil yang melompat-lompat dipermukaan laut. Bahkan biota air payau, seperti kepiting dan ketam terlihat banyak di sela-sela akar bakau.
''Menanam bakau ini menjadi pengalaman pertama bagi kami,'' kata Loenpianers, Budiyono.

*) temukan juga tulisan ini di Harian Suara Merdeka tanggal 15 November 2006 Hal 19

4 Comments:

Post a Comment

<< Home