M A T A H A T I

Sunday, March 05, 2006

1
[kulihat engkau
kulihat engkau
tapi tak pernah ada]

''lara,''
usir sepi dari waktu yang tak berarti. jarum
detik menghujam mengingatkan mentari
yang kutatap masih begitu lagi seperti kemarin.
tapi mata ini sepertinya harus dipaksa. tapi kali ini
kulihat engkau dengan kepala merunduk
seperti tak kuat menahan beban
isi kepala: duitmu, pacarmu, rotimu, celanamu,
kalengmu, klosetmu, jeritanmu
dan ohh.. ayat-ayat itu

membisikkan kata membosankan.
dan aku benci dering hape.

berlari mengejar air sungai deras.
tak mau hanyut tenggelam.
dalam benakmu. kuhapus sendiri garis sungai itu
dari peta surgamu.

tak kan kembali lagikah waktu?
aku pergi saja.

2
pak pos menghampiriku dengan kiriman kata ''maaf'',
sebuah kiriman yang aku tak inginkan.
ia tak bersiul atau tersenyum.

sebuah meja telah disiapkan lengkap dengan dua bangku
kayu jati. kamu dan aku membayangkan sebuah kuda terbang
membawa kita dalam dunia khayal.
[tapi kamu bilang cita-cita, seperti kanak-kanak yang ditanya
ibu gurunya. setelah besar kalian ingin jadi apa?]

ah... kita terjerembab.
kalau dipikir ini ejekan,
''maaf anda tidak beruntung!''
atau memang kita adalah
tempatnya malang.

''senyum dong ihhh,'' katamu.

3
malaikat datang dan pergi. menjuntai selendangnya
dari langit hingga ke bumi. kabar berita malam
kemarin sudah ditunggu. ayo perdengarkan
pada kami.

volume radio pun keras-keras memanggil
ah.. iklan lagi dengan gaya dangdut
matikan saja. ganti remote televisi tapi
ternyata otak kamu
lebih cepat berpikir tentang gaya hidup
dan belanja apa hari ini

[di seberang kamu menangis]

malaikat datang dan pergi. menjuntai selendangnya
dari langit hingga bumi
mengiringi angin ini
mencatat hati yang hanya dengki.


4
hei.... ada apa
ayo bangun....

0 Comments:

Post a Comment

<< Home