M A T A H A T I

Monday, February 13, 2006


Yaaahh... akhirnya bisa juga ngliput di luar kota. Lepas dari kepenatan kerja yang benar-benar bikin remuk badan. Meski dekat-dekat aja sih, tapi ini benar-benar FREAKS! Dah lama gak liat pemandangan sawah, kali, gunung, coy.
Makanya pas ada tawaran dari Hotel Graha Santika diajak pers tour ke Ketep Pass Magelang dan Stasiun Ambarawa Jumat (10/2) langsung aja aku samber. Sekali-kali ajak otak refreshing dong. Dasar kurang piknik. Itung-itung berhemat soal anggaran juga (he...he.. dasar pelit abis keluar duit cuman buat bayar toilet buat pipis)
Ketep Pass Magelang menjual pesona alam 5 gunung di Jateng dan Museum Kereta Api Ambarawa yang menawarkan pemandangan alam dengan menaiki kereta wisata.
Menakjubkan! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan lima gunung, Sumbing, Sindoro, Merapi, Sumbing dan Slamet yang terlihat menjulang jauh dari gardu pandang Ketep setinggi 1.200 di atas permukaan laut. Tak hanya itu gunung-gunung kecil juga tampak indah seperti Telomoyo, Andong, Dataran Tinggi Dieng dan Pegunungan Menoreh yang bisa dilihat dari berbagai sudut.Di hadapan mata akan terbentang dataran rendah areal lahan perkebunan sayur, sawah dan pepohonan yang masih rimbun. Ya, sejauh mata memandang yang tampak hanya hijau alam. Bila kita tinggal di perkotaan yang padat, maka pemandangan ini bisa menyejukkan mata dan menenangkan. Seorang teman wartawan dari Jakarta pun tak henti-hentinya mengabadikan suasana alam yang baru kali itu ia mendatangi Ketep Pass.Udara yang sejuk ini enak dinikmati dengan mencoba jagung bakar yang ada di kios-kios pinggir jalan.
Pemandu wisata kami Netty (nih orang udah tua tapi pintar ngocol juga loh...) mengatakan bila berkunjung ke Ketep yang berjarak 30 km dari pusat kota Magelang ini lebih baik pagi pukul 09.00-10.00. Pada saat itu puncak-puncak gunung yang sering tertutup kabut dan awan bisa terlihat jelas. Tak hanya pemandangan alam, tempat wisata ini juga terdapat fasilitas Volcano Theatre. Di tempat ini akan diputar film dokumenter Napas Gunung Merapi berdurasi 30 menit yang sarat dengan ilmu pengetahuan tentang volkanologi.
''Film ini akan diputar bila ada pengunjung minimal 15 orang. Tak semua yang berkunjung ke sini ingin menonton theatre,'' kata Susiswo, petugas tiket Volcano Theatre. Ia menambahkan setiap hari terdapat 100 pengunjung, kecuali hari Minggu dan hari besar jumlah pengunjung bisa bertambah berlipat-lipat.Dari Ketep Pass, perjalanan kami dilanjutkan ke Museum Kereta Api Ambarawa Kabupaten Semarang. Di halaman tempat yang dulunya bernama Stasiun Willem I ini tersimpan 24 lokomotif uap klasik. Lokomotif paling tua buatan tahun 1891 bernomor SS 300 (C 1140). Selain itu ada pula lokomotif buatan tahun 1928 bernomor SS 1600 (CC 5029). Meski kuno, gedung dan segala detil perlengkapannya, mulai dari jendela, loket peron, lemari, meja kursi hingga jam bundar terawat baik. Suasana ini seolah membawa pengunjung ke masa kejayaan kereta api peninggalan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij atau Perusahaan Kereta Api Hindia-Belanda kala itu.Di sini, pengunjung benar-benar bisa mendapatkan sejarah perkeretaapian di tanah air. Kegembiraan mengunjungi museum ini dilengkapi dengan merasakan naik kereta lori dengan rute Ambarawa-Tuntang. Sayang, waktu kami yang terbatas hanya mampu mengantar kami hingga Rawa Pening saja. Tapi tak masalah sepanjang perjalanan kami begitu menikmati pemandangan kehidupan desa yang benar-benar alami. ''Ah lelah menikmati pemandangan, perut kosong enaknya mencicipi wedang ronde nih,'' kata Ulis, salah satu rombongan kami. Sore yang gerimis. Jujur aja gak puas nih nikmati bangunan stasiun yang wuihhh benar-benar bersih. Namun perginya aja difasilitasi orang lain, makanya waktuny juga yang ngatur orang lain. Kami harus menuju ke Semarang, meninggalkan kenangan yang jarang-jarang bisa kulakukan kecuali dengan bolos kerja. hik... hik...

-sebagian teks pernah dimuat di Suara Merdeka (12/2)

5 Comments:

Post a Comment

<< Home